Biografi Usman Bin Affan Usman bin Affan lahir
pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz
bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan
As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw
sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan
rendah hati di antara kaum muslimin. Utsman bin Affan, yang mempunyai nama
lengkap Utsman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah,merupakan anak dari pasangan
Affan dan Arwa. Utsman lahir pada tahun 576 H di Taif dan merupakan keturunan
keluarga besar Bani Umayyah suku Quraisy Pada saat seruan hijrah pertama oleh
Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap
umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan
tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak
lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke
Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui
Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa
rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke
Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah. Pada saat Perang Dzatirriqa dan
Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman
dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950
ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang
Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan
juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah
dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan
untuk kepentingan rakyat umum.[2] Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga
pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum
miskin yang menderita di musim kering. Setelah wafatnya Umar bin Khattab
sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah
selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin
Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin
Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri
hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu
cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang
berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama
dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H.
Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan
terstruktur. ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid
al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam
yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan
bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara
yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria,
Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk
angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan
kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf. Utsman bin Affan
(bahasa Arab: عثمان بن عفان, 574 – 656 / 12 Dzulhijjah 35 H;
umur 81–82 tahun)[1] adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk
Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya
tetapi sangatlah dermawan. Ia juga berjasa dalam hal membukukan Al-Qur'an. Ia
adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 69–70 tahun)
hingga 656 (selama 11–12 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki
sifat yang sangat pemalu. Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga
khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya
dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan
Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena
Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah
dan Ummu Kaltsum. Utsman bin Affan, yang mempunyai nama lengkap Utsman ibn
Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah,merupakan anak dari pasangan Affan dan Arwa.
Utsman lahir pada tahun 576 H di Taif dan merupakan keturunan keluarga besar
Bani Umayyah suku Quraisy. Sebelum memeluk Islam, ia sudah dikenal sebagai
seorang pedagang yang kaya raya. Ia juga mempunyai sifat-sifat mulia lainnya,
seperti sederhana, jujur, cerdas, shaleh dan dermawan. Ketika telah memeluk
agama Islam, pada usia usia 34 tahun bersama Thalhah bin Ubaidilah, selain
dikenal sebagai salah seorang sahabat terdekat nabi, ia juga dikenal sebagai
seorang penulis wahyu. Ia selalu bersama Rasulullah SAW, dan selalu mengikuti
semua peperangan kecuali perang Badar karena Rasulullah SAW memerintahkan
Utsman untuk menunggui istrinya, Ruqoyyah, yang saat itu sedang sakit keras.
Sebagai seorang hartawan yang kaya raya, Utsman mempergunakan hartanya demi
kejayaan Islam. Ia tak segan-segan menyumbangkan hartanya untuk biaya perang,
maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan penyebaran dan kehormatan agama
Islam. B. Proses Pengangkatan Usman Bin Affan Menjelang wafatnya Umar bin
Khattab, beliau menunjuk 6 orang sahabatnya untuk dicalonkan sebagai pengganti.
Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin
Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam orang
tersebut disebut sebagai Ahlul Halli wal Aqdi.
Alasan Umar menunjuk keenam orang tersebut karena ia merasa tidak sebaik Abu
Bakar dalam menunjuk penggantinya, juga tidak sebaik Rasulullah SAW untuk
membiarkan para sahabat memilih pengganti. Maka diambillah jalan tengah dengan
membentuk tim formatur untuk bermusyawarah menentukan pengganti dirinya.
Karena kelompok tersebut beranggotakan 6 orang, maka untuk mencegah
terjadinya suara yang sama ketika diadakan voting, dimasukkanlah Abdullah bin
Umar, putra Umar bin Khattab. Abdullah bin Umar hanya berhak memilih, namun tak
berhak untuk dipilih sebagai khalifah. Dari hasil voting, terpilihlah Utsman
bin Affan sebagai khalifah selanjutnya. Ia dipilih pada bulan Dzulhidzah tahun
23 H dan dilantik pada awal Muharram 24 H. Setelah disepakati bersama, mereka
membai’at Utsman dan diikuti oleh umat islam. Pada saat pembaiatan telah
selesai, Utsman berpidato di depan kaum muslimin diantara pidatonya adalah: “
Alhamdulillah, wahai para manusia bertaqwalah kalian kepada allah!,
sesungguhnya dunia yang telah diberitahukan kepada kita oleh Allah bahwa ia
hanyalah permainan, hiburan,penghias, keangkuhan diantara kalian dan
memperbanyak harta dan anak. Seperti hujan lebat yang membuat orang kafir
terlena kepada tumbuhan yang tumbuh dan dikemudian hari berubah menguning dan
hancur (membusuk), di akhirat nanti ada tiga hal, siksa Allah yang sangat
pedih, pengampunan dan ridhoNya. Tiada kehidupan dunia kecuali hanyalah
kenikmatan yang menipu, hamba yang paling baik adalah orang yang menyerah dan
menyandarkan diri pada Allah dan kitabNya waktu di dunia” C. Gaya
Kepemimpinan Utsman bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier
dan humanis. Namun gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu
munculnya nepotisme dalam pemerintahan Ustman, sebab Utsman kemudian banyak
mengangkat pejabat-pejabat Negara dari kerabatnya sendiri dan kurang
mengkomodir pejabat di luar kerabat beliau. Inilah yang kemudian menyebabkan
munculnya kerusuhan dan pergolakan pemerintahannya. Namun demikian, semasa
kepemimpinannya Kholifah Utsman berhasil mengkodifikasikan mushaf Al-Qur’an
yang merupakan salah satu keberhasilan yang luar biasa. D. Ekspansi Daerah
Kekuasaan Utsman bin Affan Menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau
644-656 Masehi. Ia merupakan khalifah yang memerintah terlama, yaitu 12 tahun.
Dari segi politik, pada masa pemerintahannya ia banyak melakukan perluasan
daerah islam dan merupakan khalifah yang paling banyak melakukan perluasan. Hal
ini sebanding dengan lamanya ia menjabat sebagai khalifah. Pada masanya, Islam
telah berkembang pada seluruh daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia.
Pesatnya perkembangan wilayah Islam didasarkan karena tingginya semangat dakwah
menyebarkan agama Islam. Selain itu, sikap para pendakwah Islam yang santun dan
adil membuat Islam mudah untuk diterima para penduduk wilayah-wilayah tersebut.
selain banyak melakukan perluasan daerah, dari segi politik, Utsman adalah
khalifah pertama yang membangun angkatan laut. Alasan pembuatan angkatan laut
tersebut masih berhubungan dengan keinginan untuk memperluas daerah Islam.
Karena untuk mencapai daerah-daerah yang akan ditaklukkan harus melalui
perairan, Utsman berinisiatif untuk membentuk angkatan laut. Selain itu, pada
saat itu banyak terjadi serangan-serangan dari laut. Hal ini semakin memperkuat
alasan Utsman untuk membentuk angkatan laut. E. Perekonomian Dari segi
ekonomi, yaitu tentang pelaksanaan baitul maal, Ustman hanya melanjutkan
pelaksanaan yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan
Umar. Namun, pada masa Utsman, Ia dianggap telah melakukan korupsi karena
terlalu banyak mengambil uang dari baitul maal untuk diberikan kepada
kerabat-kerabatnya. Padahal, tujuan dari pemberian uang tersebut karena Utsman
ingin menjaga tali silaturahim. Selain itu, disamping dari segi baitul maal,
Utsman juga meningkatkan pertanian. Ia memerintahkan untuk menggunakan
lahan-lahan yang tak terpakai sebagai lahan pertanian. Dari segi pajak, Utsman,
sama seperti dari segi baitul maal, melanjutkan perpajakan yang telah ada pada
masa Umar. Namun sayangnya, pada masa Utsman pemberlakuan pajak tidak berjalan
baik sebagaimana ketika masa Umar. Pada masa Utsman, demi memperlancar ekonomi
dalam hal perdagangan, ia banyak melakukan perbaikan fasilitas, seperti
perbaikan jalan-jalan dan sebagainya. F. Sosial Budaya dan Pendidikan Dari
dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah
Islam[[6]]. Dengan adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang
mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan mengajarkan agama Islam. Selain itu,
adanya pertukaran pemikiran antara penduduk asli dengan para sahabat juga
menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya,
Utsman juga membangun mahkamah peradilan. Hal ini merupakan sebuah terobosan,
karena sebelumnya peradilan dilakukan di mesjid. Utsman juga melakukan
penyeragaman bacaan Al Qur’an juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi.
Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau
memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan
menghafalkan Al Qur’an menurut lahjah (dialek) masing-masing. Seiring
bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama
Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi.Akhirnya sahabat Huzaifah
bin Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman
pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin
mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur’an. Perluasan
Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah
banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya. G. Akhir
Kekhalifahan Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua
periode, enam tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam
tahun terakhir adalah merupakan masa pemerintahan yang buruk. Pada akhir
pemerintahan Utsman, terjadi banyak konflik, seperti tuduhan nepotisme dan
tuduhan pemborosan uang Negara. Tuduhan pemborosan uang Negara karena Utsman
dianggap terlalu boros mengambil uang baitul maal untuk diberikan kepada
kerabatnya, dan tuduhan nepotisme karena Utsman dianggap mengangkat
pejabat-pejabat yang merupakan kerabatnya. Padahal, tuduhan ini terbukti tidak benar
karena tidak semuanya pejabat yang diangkat merupakan kerabatnya. Selain itu,
meski kerabatnya sendiri, jika pejabat tersebut melakukan kesalahan, maka
Utsman tidak segan-segan untuk menghukum dan memecatnya. Sayangnya, tuduhan
nepotisme itu terlalu kuat. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa Utsman
melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah, yaitu
golongan yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi
khalifah, bukan Utsman. Fitnah yang terus melanda Utsman inilah yang memicu
kekacauan dan akhirnya menyebabkan Utsman terbunuh di rumahnya setelah dimasuki
oleh sekelompok orang yang berdemonstrasi di depan rumahnya. Setelah
meninggalnya Utsman, Ali lalu ditunjuk menjadi penggantinya untuk mencegah
kekacauan yang lebih lanjut. H. Terbunuhnya Khalifah Utsman Utsman bin
Affan terbunuh di rumahnya sendiri pada saat penduduk mesir dan kuffah
beranggapan bahwa Utsman telah melakukan nepotisme dan didukungnya golongan
yang fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib dan berharap Ali yang menjadi
kholifah. Anggapan tersebut muncul dari seorang berdarah yahudi yang bernama
Abdullah bin Saba’, hingga akhirnya mereka pergi ke Madinah untuk meminta
Utsaman memecat pejabat yang dianggap menyeleweng atau mengundurkan diri dari
kekholifahan, tetapi permitaan itu ditolak oleh Utsman. Penolakan tersebut
mengakibatkan konflik yang sangat besar. Mereka mengepung rumah Utsman dan
menyusup kedalam. Utsman yang saat itu sedang membaca Al-Qur’an dan berpuasa
dibunuh oleh Hamron bin Sudan As Syaqy yang kemudian membuka pintu perpecahan
antara kaum muslimin. Dari sejarah peradaban pada masa kholifah Utsman, kita
melihat berbagai pengetahuan tentang bagaimana agama islam berkembang pada masa
kekholifahan usman. Ada berbagai perkembangan yang ada pada saat itu,
diantaranya perkembangan dari segi ekonomi, politik, pendidikan, dan lain
sebagainya. Usman juga memiliki gaya kepemimpinan yang tersendiri, hal itu
sesuai dengan karakter dan pendirian beliau. Pada masa Usman Bin Affan terjadi
berbagai peristiwa yang menjadi sebuah sejarah penting bagi umat setelahnya
sebagai pelajaran yang berharga. Dari berbagai peristiwa itu dia menyikapi
dengan penuh ikhlas dan perjuangan. Walaupun hingga akhirnya dia terbunuh
karena agama Allah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbunuhnya khalifah
kedua, Umar Bin Khatab menandakan permukaan zaman baru. Pada waktu itu kaum
muslimin memang tidak bergeser dari janji-janji dan prinsip mereka, tetapi
mereka didesak oleh adanya hubungan-hubungan baru dan adat istiadat yang melanda
mereka juga oleh kesulitan sehingga mereka meninggalkan hasrat dan kehendaknya
dalam percaturan dunia. Untuk menghadapi dan mengatasi semua itu, takdir Allah
telah memanggil Utsman bin Affan untuk memikul beban tanggung jawab yang
mengerikan yaitu tanggung jawab untuk memelihara dan mempertahankan jiwa
dan kehidupan periode kenabian, juga bertangung jawab dalam menanggulangi
pengaruh zaman kerajaan. Serta bertanggung jawab untuk memperluas wilayah
kekuasaan islam. 1.2 Rumusan Masalah 1. Siapakah Ustman bin Affan
itu? 2. Bagaimana peran Ustman bin affan pada masa kekholifahannya? 3. Apa saja
ibrah yang dapat kita ambil dari kholifah Ustman bin affan? 1.3 Tujuan 1. Untuk
mengetahui biografi Kholifah Ustman bin affan. 2. Untuk mengetahui kontribusi pada
masa kekholifahan Ustman bin affan. 3. Untuk mengetahui Ibrah-ibrah yang dapat
kita ambil dari sosok kholifah Ustma bin affan. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sejarah
Peradapan Islam Masa Kholifa Ustman Bin Affan Nasab dan Keturunan Ustman
bin affan Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu
Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin luwa’I bin Ghalib bin Fihr
bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin
Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan. Abu Amr, Abu Abdullah al Quraisy,
al-Umawi Amirul mukminin Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan
suami dari dua putrid Rasulullah SAW. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin
Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams dan nenekya bernama Ummu Hakim Bidha’ binti
Abdul Muthalib paman Rasulullah SAW. Beliau salah seorang dari sepuluh sahabat
yang diberitakan masuk surge dan salah seorang anggota dari enam anggota Syura
serta salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih
menjadi khalifah sesuai denga kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar, juga
merupakan khulafaur rasyidin yang ketiga, imam mahdiyin yang diperintahkan
megikuti jejak mereka. Ciri-Ciri dan Akhlak Beliau Beliau adalah seorang yang
rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang lebat,berperawakan sedang, mempuyai
tulang persendian yang besar, berbahu biidang, berambut lebat, bentuk mulut
bagus yag berwarna sawo matang. Beliau memilki akhlak yang mulia, sangat
pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya
dengan memberikan perhiasan dunia yang fana. Mungkin beliau bermaksud untuk
mendorog mereka agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal dari pada sesuatu
yag fana. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah terkadang beliau
memberikan harta kepaa suatu kaum dan tidak memberi kaum yang lain karena
khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah ke neraka. Sebagian kaum memprotes
beliau karena perlakuan tersebut sebagaimana yang telah dilakukan oleh
orang-orang Khawarij terhadap Rasulullah SAW atas pembagian harta rampasan
perang Hunain. Islam dan Jihad Utsman bin Affan Utsman bin Affan masuk Islam
melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke
negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah binti Rasulullah SAW, kemudian kembali
ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak data ikut serta dalam perang
Badar karea sibuk mengurusi putri Rasulullah SAW (istri beliau ) yang
sedang sakit. Jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan
bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau dan
beliau dianggap ikutb serta dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal,
Rasulullah SAW menikahkan degan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang
pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau. Beliau ikut
serta dalam peperangan Uhud, khandaq, perjanjian hudaibiyah yag pada waktu itu
Rasulullah SAW membai’atkan untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri.
Rasulullah SAW pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rtasulullah SAW
wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau meemai Abu
Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin
Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho
terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang
dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling
istimewa di antara anggota lainnya. Istri dan Putra- Putri Beliau Beliau
meikahi Ruqoyah binti Rasulullah SAW dan di anugrahi seorang anak yag bernama
Abdullah dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada masa jahiliyah beliau
bernama Abu ‘Amr. Setelah Ruqoyah wafat, beliau menikahi adiknya yang bernama
Ummu Kultsum dan kemudian Ummu Kultsum pun wafat. Kemudian beliau menikahi
Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan di anugrahi seorang anak yang bernama
Abdullah al-Ashghar. Lantas beliau menikahi Ummu ‘Amr binti Jundub bin ‘Amr
al-Azdyah dan dianugrahi beberapa orang anak yang bernama ‘Amr, Khalid, Aban,
Umar dan Maryam. Lalu beliau meikah dengan Fatimah binti al-Walid bin Abdusy
Syamsy bi al-Mughirah al-Makhzumiyah dan lahirlah al-Walid, Sa’id da Ummu
Utsman. Kemudian menikahi Ummu al-Banin bin ‘Uyainah bin Hish al-Fazariyah dan
dianugrahi seorang anak yag bernama Abdul Malik dan dikatakan ‘Utbah. Lantas
beliau menikahi Ramlah binti Syaiban bin Rabi’ah bin Abdusy Syamsy bin Abdul
Manaf bin Qushay dan lahir beberapa orag anakyang bernama Aisyah, Ummu Aban,
Ummu ‘Amr dan Banat Utsman. Lalu beliau menikah dengan a’ilah binti
al-Farafishah bin al-Ahwash bin ‘amr bin Tsa’labah bin al-Harits bin Hishn bin
Dhamdham bin ‘Ady bin Junab bin Kalb dan dianugrahi seorang anak yang
bernama Maryam dan dikatakan juga dengan ‘Anbasah. Ketika terbunuh beliau
memiliki empat orang istri : Na’ilah, Ramlah, Ummul Banin, dan Fakhitah.
Dikatakan beliau telah menceraikan Ummul Banin disaat beliau sedang terkepung.
Masa Kekhalifahan dan Umur Beliau Masa kekhalifahannya adalah sebelas tahun
sebelas bulan dan tujuh belas hari. Beliau di baiat pada awal bulan Muharam
tahun dua puluh empat Hijriah dan terbunuh pada tanggal delapan belas
Dzulhijjah tahun tiga puluh lima Hijriah. Adapun usia beliau telah mencapai
lebih dari delapan puluh tahun. Shalih bin Kaitsan berkata, “ beliau wafat pada
usia delapan puluh tahun beberapa bulan.” Dikatakan, “ delapan puluh empat
tahun.” Qatadah berkata, “ beliau meninggal pada usia delapan puluh delapan
tahun atau Sembilan tahun.” Proses Utsman memeluk Islam Masuknya utsman kedalam
islam berawal dari sebuah suara dalam mimpinya di bawah rindang pohon antara maan
dan azzarqa yang menyarankan agar beliau segera kembali ke mekkah sebab orang
yang bernama Muhammad telah muncul membawa ajaran baru yang kelak akan merubah
dunia sebagai utusan tuhan. Setelah terbangun dari mimpinya beliau bergegas
kembali ke mekkah dan menanyakan hal ihwal ataupun makna yang tersimpan dari
kejadian yang menimpanya. Kemudian beliau bertemu dengan Abu bakar dan
mengajaknya untuk mengikuti langkahnya yang lebih dahulu memeluk islam.
Lalu menghadaplah keduanya kepada rasulullah untuk menyatakan
keislamannya. Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap islam, tak terbatas
pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah nyawanya pun teramat
sering terancam dengan berbagai pengucilan dan penyiksaan dari kerabat dan
pemuka Quraisy ketika mereka tahu keislamannya. Di sisi lain Allah serta
rasulnya begitu mencintainya sehingga pernah satu riwayat disebutkan bahwa
beliau adalah salah satu penghuni syurga yang akan menemani rasul kelak.
Kontribusi pada masa nabi Utsman bin Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar
ash-Shidiq. Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama
istrinya Ruqoyah binti Rasulullah SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke
Madinah. Beliau tidak data ikut serta dalam perang Badar karea sibuk
mengurusi putri Rasulullah SAW (istri beliau ) yang sedang sakit. Jadi
beliau hanya tinggal di Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan bagian dari harta
rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau dan beliau dianggap
ikutb serta dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah SAW
menikahkan degan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya
juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam
peperangan Uhud, khandaq, perjanjian hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah
SAW membai’atkan untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri. Rasulullah SAW
pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rasulullah SAW wafat dalam keadaan
ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu Bakar dengan baik
dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan. Beliau
menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman
bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang
anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara
anggota lainnya. 2.2 Bagaimana peran Ustman bin affan pada masa
kekholifahannya? Utsman menjadi khalifah Pembai’atan Utsman sebagai khalifah
berdasar kesepakatan enam orang sahabat termasuk dirinya yang telah ditunjuk
langsung oleh Umar ibn Khattab untuk menjadi penggantinya yang akan melanjutkan
kepemimpinan dan perjuangannya dalam menyebarkan islam ke penjuru dunia. Dari
masa inilah awal pengangkatan seorang khalifah secara demokratis dengan jalan
musyawarah yang diwakili oleh keenam orang sahabat sepanjang sejarah manusia.
Pemilihan Ustman sebagai Khalifah Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab yang
berlangsung selama 10 tahun, Umar membentuk badan Syura untuk menentukan
pengganti kekhalifahannya. Badan Syura ini dia bentuk menjelang wafatnya, dan
terdiri dari 6 orang calon yang nantinya dipilih salah seorang dari mereka
untuk diangkat menjadi khalifah baru. Mereka ialah Ustman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin
Auf. Setelah Umar wafat, badan Syura ini bermusyawarah dan berhasil
menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali
bin Abi Thalib. Tanggal Pembai’atan Ustman bin Affan
Saif bin
Umar meriwayatkan dari Umar bin Syubbah dari ‘Amir asy-Sya’bi bahwa ia berkata,
“Dewan Syura bersepakat untuk memilih Ustman bin Affan pada tanggal tiga
Muharram tahun dua puluh empat Hijriyah. Ketika itu telah masuk waktu shalat
Ashar dan adzan dikumandangkan oleh Shuhaib. Berkumpullah manusia antara adzan
dan iqamat, kemudian beliau keluar dan mengimami mereka shalat. Kemudian beliau
menambahkan hadiah yang diberikan kepada masyarakat sebanyak seratus, lalu
mengutus delegasi keseluruh pelosok. Beliau adalah orang pertama yang melakukan
hal tersebut.”
Ibnu Katsir
berkata, “Dari konteks yang telah kita sebutkan bahwa bai’at tersebut dilakukan
sebelum tergelincirnya matahari dan pembai’atan belum selesai kecuali setelah
Zhuhur. Pada waktu itu Shuhaib bertindak sebagai imam shalat Zhuhur di masjid
Nabawi. Shalat pertama yang diimami oleh khalifah Utsman bin Affan adalah
shalat Ashar, sebagaimana yang telah disebutkan oleh asy-Syabi’I dan lain-lain.
Masa pemerintahan Utsman adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman
para Khalifah Rasyidah, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh
masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses banginya. Para penulis
sejarah membagi zaman pemerintahan Utsman menjadi dua periode, yaitu enam tahun
pertama merupakan masa kejayaan masa pemerintahannya dan tahun terakhir
merupakan masa pemerintahan yang buruk. Khutbah Utsman bin Affan ketika
dibai’at
Khutbah pertama beliau dihadapan kaum muslimin, sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Saif bin Umar dari Badr bin Utsman dari pamanya berkata, “Ketika dewan
syura membai’at Utsman bin Affan , dengan keadaan orang yang paling sedih
diantara mereka, beliau keluar dan menaiki mimbar Rasulullah SAW dan memberikan
khutbahnya kepada orang banyak. Beliau memulai dengan memuji Allah dan
bershalawat kepada Nabi SAW dan berkata, “Sesungguhnya kalian berada di kampong
persinggahan dan sedang berada pada sisa-sisa usia maka segeralah melalukan
kebaikan yang mampu kalian lakukan. Kalian telah diberi waktu pagi dan sore.
Ketahuilah bahwa dunia dilapisi dengan tipu daya oleh karena itu maka janganlah
sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kalian, dan jangan (pula)
penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. Ambillah pelajaran
dari kejadian masa lalu kemudian bersungguh-sungguhlah dan jangan lalai, karena
setan tidak pernah lalai terhadap kalian. Mana anak-anak dunia dan temannya
yang terpengaruh dengan dunia akan meghabiskan usianya untuk bersenag-senang.
Tidaklah mereka jauhi semua itu. Konstitusi Pada zaman pemerintahan Utsman Di
zaman kholifah Ustman bin Affan, Islam mengalami perluasan yang lebih pesat
dari sebelumnya. Perluasan Islam di masa Utsman bin Affan, yaitu:
1. Menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi
dibeberapa negeri yang telah masuk kebawah kekuasaan Islam di zaman Umar.
Setelah Umar berpulang kerahmatulllah ada daerah-daerah yang mendurhakai kepada
pemerintah Islam. Pendurhakaan itu ditimbulkan oleh pendukung-pendukung
pemerintahan yang lama. Terutama di daerah khurusan and iskandariah.
Pemberontakan di Khurasan dicetuskan oleh pendukung pemerintahan
yang lama. Adapun kota Iskandariyah telah diserang kembali oleh bangsa romawi.
Dikirimnya kembali tentara yang besar dibawah pimpinan seorang panglima Armenia
yang bernama manuel. Pemberontakan ini dapat ditumpas oleh Utsman bin Affan.
Utsman mengirimkan ke Khursan dan Iskandariyah tentara yang besar jumlahnya
dengan perlengkapan yang cukup . Balatentara ini dapat menghancurkan kaum
pemberontak serta dapat mengembalikan keamanan dan ketentraman di daerah
tersebut. 2. Mengatasi kaum Muhajirin Ketika kaum muhajirin hijrah dari
Mekkah ke Madinah. Mereka dihadapkan pada masalah kesulitan air. Di sana memang
ada sebuah sumur . tetapi sumur itu milik seorang Yahudi dan sengaja airnya ia
perdagangkan. Oleh karena itu Rasulullah SAW amat berharap ada salah seorang
yang mampu membeli sumur itu untuk meringankan beban kaum muhajirin yang telah
menderita. Karena harta bendanya mereka tinggalkan di Mekkah. Mengetahui
kejadian itu Utsman bin Affan pergi kerumah orang Yahudi itu untuk membeli
separuh sumur tersebut. Setelah tawar menawar disepakati harga itu 12.000
dirham dan dengan perjanjian satu hari hak orang Yahudi dan keesokan harinya
untuk Utsman. Pada giliran Utsman, kaum muslimin bergegas mengambil airnya
untuk kebutuhan dua hari dengan demikian si Yahudi merasa rugi, karena tidak
ada yang membeli air pada gilirannya Orang yahudi itu mengeluh kepada Utsman
dan akhirnya dia menjual harga sumur itu kepada Utsman dengan harga 8.000
dirham. Sumur “raumah” mengalirkan air yang melimpah bagi kaum muslimin dengan
gratis. Itulah kedermawanan Ustman r.a. Setelah peristiwa tersebut Rasulullah
menikahkan putrinya ummu kaltsum dengan Ustman bin affan r.a. Oleh karena
itulah Ustman bin affan mendapat julukkan “Dzunnurain” yang memiliki dua
cahaya. Yang dimaksud dua cahaya ialah mengawinkan dua orang putra Rasulullah
SAW. 3. Pengumpulan Mushaf Ustman bin affan juga berperan dalam penulisan
mushaf Al-Quran, dalam masa pemerintahannya beliau telah menyatukan kaum
muslimin pada satu qiro’ah dan dituliskannya bacaan Al-Quran terakhir yang
diajarkan oleh jibril kepada Rasulullah SAW yakni ketika jibril mendiktekan
Al-Quran kepada Rasulullah pada tahun terakhir masa hidup beliau. Ustman bin
affan mengumpulkan para sahabat dan mengajak mereka untuk memusyawarahkan
perkara tersebut. Beliau berpendapat bahwa Al-Quran harus ditulis dalam satu
Qiro’ah(bacaan) dan menyatukan seluruh daerah pada satu bacaan saja
untuk menghentikan perselisihan dan menghindari perpecahan. Beliau
meminta dan memerintahkan Zaid bin Tsabit al-anshory untuk menuliskannya
dengan didektekan oleh Sa’id bin ‘Ash al-Umawy dengan disaksikan oleh Abdullah
bin Zubair al-asady dan Abdur rahman bin harist bin hisyam al-Makhzumy. Dan
jika masih ada perselisihan, beliau memerintahkan agar mushaf tersebut ditulis
dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa arab Quraisy. Setelah ditulis dalam
satu mushaf, beliau memerintahkan agar mushaf tersebut ditulis sebanyak 7 buah
untuk dikirim ke daerah penduduk syam,penduduk mesir,penduduk basrah, kufah,
begitu juga ke makkah dan yaman, serta ke madinah. Mushaf-mushaf tersebut
disebut dengan mushaf al-aimmah atau mushaf Ustmaniyah, dikarenakan penulisan
mushaf tersebut terjadi pada masa pemerinthan kholifah Usman bin affan.
Kemudian Ustmanbin affan mengumpulkan semua mushaf yang beredar di kalangan
masyarakat yang berbeda dengan mushaf tersebut lalu membakarnya agar tidak lagi
timbul perselisihan. 4. Perluasan Islam Perluasan islam boleh dikatakan
semua daerah yang telah dicapai Islam dimasa umar. Perluasan Islam di masa
Utsman telah bertambah dengan perluasan ke laut, kaum muslimin telah mempunyai
angkatan laut. Kemudian negeri-negeri Armenia dan beberapa bagian thabaristan.
Bahkan kemajuan tentara Islam telah sampai dan melampaui sungai jihun (ama
daria). Jadi daerah-daerah ma’waraan nahri” (negeri-negeri seberang sungai
jihun telah masuk di wilayah Negara Islam. Negeri Harah, Kabul dan Ghazbah di
Turkistan telah diduduki kaum muslimin dengan mempergunakan angkatan laut
yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sofyan tahun 28 H. Salah satu pertempuran
yang paling penting dilaut pertempuran “Dzatis Sawari” (Pertempuran tiang
kapal). Pertempuran ini terjadi pada tahun 31H di laut tengah dekat kota
Iskandariyah antar tentara romawi dibawah pimpinan kaisar Constantie dengan
balatentara bawah islam dibawah pimpinan Abdullah ibn Abi Sarah yang menjadi
gubernur di Mesir. Pertempuran ini dinamakan “Dzatis sawar (pertempuran tiang
kapal) karena banyaknya kapal-kapal perang yang bertempur dalam peperangan ini
adalah 1200 buah kepunyaan kaum muslimin dan yang selebihnya kepunyaan bangsa
romawi dalam peperangan ini kaum muslimin telah berhasil mengalahkan
antara romawi. 5. Perluasan Masjid Pada tahun 29 hijriyah tepatnya pada bulan
robi’ul awal, kholifah Ustman bin affan memperluas masjid nabi SAW dan
membangunnya dengan batu kapur yang diangkut dari daerah nakhl dan batu
berukir, tiang-tiangnya dari batu bundar, atapnya dari kayu jati, panjangnya
seratus enam puluh hasta, lebar seratus lima puluh hasta dan membuat enam pintu
sebagaimana pada zaman Umar bin Khaththab. Pada tahun berikutnya, Ustman
bin affan melepaskan al-walid bin’utbah dari jabatan gubernur daerah kufah dan
menggantinya dengan Sa’id bin ‘Ash. Pada tahun ini pula terjadi perselisihan
di negeri syam dengan muawiyyah dan abu dzar yakni bahwa Abu Dzar
mengkritik mu’awiyyah dalam beberapa permasalahan. Kesulitan yang dihadapi pada
masa pemerintahan Ustman bin affan Pada masa kholifah Ustman bin affan banyak
sekali pemberontakan yang terjadi karena kholifah Ustman lebih banyak
memasukkan anggota keluarga untuk menjadi anggota pemerintahan. Yang pada
akhirnya menjadikan mereka memusuhi beliau dan akhirnya membunuh beliau.
Wafatnya Ustman bin Affan Utsman menjabat sebagai Khalifah selama dua periode,
pada periode pertama ia populer, periode kedua ia menyedihkan. Disini keadaan
politik berbalik mundur. Timbul gejolak politik, huru-hara silih berganti,
petisi dan intrik merajalela yang kemudian membuahkan pembunuhan dirinya pada hari
Jum’at, tanggal 8 Dzulhijjah tahun 35 H. Pada saat itu Khalifah Utsman sedang
membaca Al-Qur’an, sehingga bajunya berlumuran darah. Kerusuhan yang berlanjut
dengan pembunuhan Utsman, nampaknya berawal dari sistem kepemimpinan Khalifah
Utsman sendiri yang dinilai tidak adil dan tidak bijaksana. Diketahui bahwa
selama Utsman berkuasa, ia banyak mengangkat kerabatnya, seperti Marwan bin
Hamka yang selanjutnya mengangkat pula orang-orang Bani Umaiyyah lainnya
sebagai pejabat tinggi dan penguasa negara. Marwan telah tampil sebagai
penyelenggara pemerintahan yang sebenarnya, sedangkan Utsman tak lebih dari
boneka ditangan. Marwanlah yang bertanggung jawab atau menutupi
tindakan-tindakan tak terpuji para pejabatnya. Terutama Hisyam paman Utsman
atau ayahanda Marwan. Kejujuran kedua orang ini diragukan. Hisyam misalnya,
pernah membocorkan rahasia negara pada zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu,
ia diasingkan dan dipecat oleh Rasulullah SAW. Tetapi pada zaman Utsman, ia
bukan saja dipanggil pulang untuk berkumpul, tetapi diberi hadiah seratus ribu
mata uang perak dan sebidang tanah milik negara. Sementara Marwan diangkat
sebagai sekretaris negara. Selain itu Utsman mengangkat pula Muawiyah sebagai
gubernur di Siria, dan Sa’ad bin Surrah menjadi wali negeri Mesir. Muawiyah
dikenal sebagai musuh Rasululloh yang paling ganas pada perang Uhud. Sedangkan
Abdullah bin Sa’ad pernah mengubah kata-kata wahyu yang didiktekan Rasulullah
pada saat ia menjadi sekretaris Rasulullah. Orang yang demikian justru diberi
kedudukan oleh Utsman. Sebab-sebab lain yang menimbulkan kerusuhan dan membawa
kematian Utsman, disebutkan oleh Abu Zahrah sebagai berikut : Utsman tertalu
baik hati kepada pembesar-pembesar Muhajirin dan para pejuang angkatan pertama
dari kalangan kerabatnya. Utsman terlalu mempercayai kerabatnya – meskipun hal
demikian tidak berdosa dan tercela sampai-sampai Usman menyerahkan urusan
pemerintahan kepada mereka, termasuk meminta perndapat tentang permasalahan
pemerintah yang tengah dihadapi. Sedangkan mereka bukan termasuk orang yang
dapat dipercaya. Sebagai akibat Usman begitu banyak menyerahkan urusan
pemerintahan kepada kaum kerabatnya itu, maka akhirnya yang menangani
masalah-masalah penting pemerintahannya dalah orang-orang yang sama sekali
belum kuat keislamannya. Utsman terlalu lemah kepada para bawahannya, sedangkan
bawahannya itu sebagian tidak berlaku adil, yang menyebabkan rakyat merasa
tidak puas. Sebagai sebab yang paling fatal adalah adanya orang-orang yang
dendam atas Islam – mereka masuk Islam luarnya saja, sedangkan dalam hatinya
kafir. Sebagai akibat dari sistem politik yang dijalankan Utsman serupa itu
(nepotisme), maka timbul reaksi yang kurang menguntungkan bagi Khalifah Utsman
khususnya dan pelajaran bagi umat Islam pada umumnya. Sahabat-sahabat Nabi yang
pada mulanya menyokong Utsman, akhirnya berpaling menjadi lawannya. Sementara
itu pengaduan-pengaduan dari setiap wilayah kekuasaan Utsman berdatangan ke
Madinah. Namun pengaduan-pengaduan tersebut kurang diperhatikan, bahkan banyak
yang ditolak sambil mencarinya. Bersamaan dengan itu terdapat gerakan masa yang
terdiri dari 12.000 orang yang diketuai oleh Muhammad, putera Khalifah Abu
Bakar datang ke Ibukota untuk menyampaikan keberatan-keberatan kepada khalifah
Utsman. Menghadapi huru-hara dan gejolak politik seperti itu, Utsman pernah
meminta nasehat kepada Ali bin Abi Thalib dan Ali mengatakan kepadanya agar
berjanji untuk memperhatikan dan pengindahkan segala usul dan protes mereka
dengan sebaik-baiknya. Namun usul dan nasehat Ali tidak ia hiraukan. Dari pihak
Utsman malah mengirim surat kepada Kepala daerah di Mesir. Abdullah bin Abi
Sarah yang isinya memerintahkan agar membunuh toko-toko Mesir dalam perjalanan
mereka pulang dari Madinah. Tetapi seorang dari mereka berhasil menangkap surat
tersebut, kemudian kembali ke Madinah dan berhasil membunuh Khalifah Utsman.
Dalam pemberontakan sebagaimana disebutkan diatas, terdapat peranan yang
dimainkan oleh Abdullah bin Saba’ (seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam).
Pada zaman Khalifah Usman bin Affan. Ia memanfaatkan suasana ketidakpuasan
dikalangan kaum muslimin yang timbuk karena kelemahan politik Khalifah Utsman.
6. Apa saja ibrah yang dapat kita ambil dari kholifah Ustman bin affan?
Ustman bin Affan adalah seorang yang memilki akhlak mulia, sangat pemalu,
dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya dengan
memberikan perhiasan dunia yang fana. BAB III KESIMPULAN Keberhasilan
Rasulullah dalam membangun peradaban dunia dan kemudian ditambah lagi dengan
kegemilangan generasi para sahabat yang mewariskan sistem dan nilai luhur saat
tampil memegang tongkat kepemimpinan setelahnya merupakan torehan sejarah yang
layak dicatat dengan tinta emas. Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya
pewarisan sistem dan nilai tersebut, wafatnya nabi tidak serta-merta menjadikan
islam kehilangan peradabannya karena memang risalah ilahiyah ini tidak pernah
bergantung pada satu namapun. Ditangan salah satu kholifah yang bernama Ustman
bin Affan inilah islam mencapai puncak kejayaannya. Utsman bin Affan adalah
sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal
sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak
bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia
mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini
didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah.
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya
adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan
termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk
Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi
yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin. Pada saat seruan
hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan
kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin
lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari
kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad
Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh
Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk
menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu
segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah. Pada saat
Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw
memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk,
Utsman mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham
sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya
perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala
membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga
35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada
masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut
dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah
musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah
yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin
Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan
Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang
tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi
khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah
ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat
pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur. Ia adalah khalifah
kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid
Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam
kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat
bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan
di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia,
Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang
kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk
mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf. Selama masa jabatannya, Utsman banyak
mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan
menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak
membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk
membunuh khalifa. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40
hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum
oleh pemberontak, yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai
kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak
menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan
Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh
Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan
Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. peristiwa
pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah usman oleh para pemberontak
selama 40 hari. Usman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan
di kuburan Baqi di Madinah.aw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Diposkan oleh
Iwan Zambrong di 21.11 Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin Copy and WIN :
http://bit.ly/copynwin
No comments:
Post a Comment