Tuesday, February 10, 2015

faktor penyebab Runtuhnya Dinati Abbasiyah

BAB I PENDAHULUAN 
A.        Latar belakang Masalah Roda kepemimpinan tidak selalu di kendalikan oleh orang  atau sekelompok orang. Oleh karena itu, sering kali terjadi perubahan tatanan dalam suatu kepemimpinan yang menganggap bahwa perombakan adalah salah satu jalan untuk meraih kesejatian dalam kepemimpinan tersebut. Yang pasti adalah untuk meraih suatu kebaikan maka juga harus ditempuh melalui jalur yang baik pula. Agama Islam yang dalam hal ini memberikan corak kepemimpinan yang disebut sebagai khalifah tentunya memiliki tawaran tersendiri yang memang dianggap pas untuk menjadi penengah di dunia Islam. Salah satu potensi yang dimiliki oleh orang-orang Islam yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman adalah, Islam betul-betul mampu menawarkan pemecahan yang damai terhadap segala penyakit sosial. Kedua, mampu menyediakan kesempatan dalam spectrum. .Daulat Bani Abbas yang terbentuk pada tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M) juga berangkat dari dasar lalu menciptakan pola pembangunan bangsa hingga mencapai puncak kejayaannya. Lalu pada babakan selanjutnya mengalami kemunduran hingga mengalami keruntuhan. B. Rumusan Masalah Berangkat dari uraian di atas, dapat diangkat suatu permasalahan yaitu mengapa dunia Islam mengalami kemunduran dalam peradaban dunia?, agar permasalahan tersebut tidak meluas, maka akan diuraikan sub permasalahan berikut ini: 1.   Apa faktor intern  yang menyebabkan terjadinya kehancuran pada Dinasti Bani Abbasiyah  ? 2.    Apa faktor intern  yang menyebabkan terjadinya kehancuran pada Dinasti Bani Abbasiyah  ? C.    Tujuan dan Mamfaat Penulisan Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata kuliah Sejarah Peradaban Islam (SPI). Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk Menjadi bahan renungan bagi generasi Islam masa sekarang maupun masa depan mengenai penyebab keruntuhan suatu peradaban dan Memperkaya khasanah penulisan sejarah peradaban dunia, khususnya Kebudayaan Islam, dan lebih spesifik lagi sejarah yang terkait dengan runtuhnya kekuasaan Bani Abbasiyah.
 BAB II PEMBAHASAN 
A.      Faktor-faktor penyebab kemunduran Berahirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau Kahalifah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu Dinasti tertantu, walaupun banyak sekali Dinasti Islam  yang berdiari. Ada diantaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah Dinasti terkecil. Para Khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembai, tetapihanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan Khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada pada saat inilah tentara Mongol dan tatar menyerang menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancurkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat tentara Mongol ini adalah awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan. Sebagaimana terliahat peridiosiasi Khalifah Abbasiyah, masa kemunduran di mulai dengan periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah dapat terlihat diperiode pertama, hanya karena Khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Dinasti terlihat bahwa apabila Khalifah kuat, para mentri cendrung berperan sebagai kepada pegawai sipil, tetapi jika Khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Di samping kelemahan Khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan Khalifah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Beberapa diantaranya sebagai berikut: a.   
    Factor intern 1)      Kemewahan hidup di kalangan penguasa Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorng para penguasa untuk hidup mewah dari pada pendahulunya. Kondisi ini member peluang kepada tentara professional asal Turki untuk mengambil alih kendali pemerintahan. 2)      Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah Perbutan kekuasaan dimulai sejak masa Al-Ma’mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya unsur Turki dan Parsi. Setelah Al- Mutawakkil wafat, pergantian Khalifah terjadi secara tidak wajar. Dari kedua belas Khalifah  pada periode Dinasti Abbasiyah, hanya empat orang yang wafat dengan wajar. Sebaliknya, para Khalifah itu wafat karena dibunuh atau diracun dan diturunkan secara paksa. 3)      Konflik Keagamaan                         Sejak terjadinya konflik antara Muawiyahdan Khalifah Ali yang berakhir dengan lahirnya tiga kelompok umat: pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan Khawarij. Ketiga kelompok ini senantiasa berebut pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh pada  kekhalifaan Abbasiyah adalah kelompok Sunni dan kelompok Syi’ah. Walaupun pada masa-masa tertentu antara kelompok Sunni dan Kelompok Syi’ah saling mendukung, misalnya pada masa pemerintahan Buwaihi, antara kedua kelompok tak pernah ada satu kesepakatan. Gerakan al-afsin qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu. Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran Syi’ah, sehingga banyak aliran Syi’ah yang dipandang  ghulat (ekstrem) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi’ah sendiri. Aliran Syi’ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yangberhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara keduanya, sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, misalnya , agar makam husein di Karbela dihancurkan. Namun, anaknya , Al-Muntashir (861-862M), kembali memperkenalkan orang Syi’ah menziarahi makam Husein tersebut. Syi’ah pernah berkuasa didalam Khlifah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Maroko dan Khalifah Fatimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi’ah memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni. Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan Zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi juga antar aliran dalam Islam. Mu’tazilah  yang cenderung nasional dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh golongan salaf . Perselisihan antara dua golongan ini dipertajam oleh Al-ma’mun. Khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah ( 813-833M.), dengan menjadikan Mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara dan melakukan mihnah. Pada masa Al-Mutawakkil (847-861), aliran Mu’tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan golongan salaf kembali naik daun. Tidak toleranya pengikut Hambali itu (salaf) terhadap Mu’tazilah yang rasional telah menyempitkan horizon intelektual. Aliran Mu’tazilah bangkit kembali pada masa dinasti Buwaih. Namun, pada masa dinasti Seljuk yang menganut aliran Asy’ariyah, penyingkiran golongan Mu’tazilah mulai dilakukan secara sistematis. Dengan dukungan penguasa aliran Asy’ariyah tumbuh subur dan Berjaya. Pikiran-pikiran Al-Gazali yang mendukung aliran ini menjadi cirri utama paham Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam, konon sampai sekarang. Berkenaan  dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali  mengatakan: “Agama Muhammmad SAW. Seperti juga agama Isa a.s, terkeping-terkeping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak munkin ada kepastianya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia … Soal kehendak bebas manusia… telah menyebabkan kekacauan yang rumit yang rumit dalam Islam… Pendapat bahwa rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah…menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga. b.      Factor ekstrn 1)      Banyakanya pemberontakan                         Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh Khalifah, akibat kebijakan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayan Islam, secara real, daerah-daerah itu berada dibawah kekuasaan gubernur-gubernur yang bersangkutan. Akibatnya, Provinsi-provinsi tersebut banyak melepaskan diri dari genggaman penguasa Bani Abbas. Adapun cara Provinsi-provinsi tersebut melepasakan diri dari  kekuasaan Baghdad adalah: Pertama, seorang pemimpin local memimpin suatau pemberontakan dan berhasil memperoleh kemenangan penuh, seperti Daulah Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Kedua, seorang yang ditunjuk gubernur oleh Khalifah, kedudukanya semakin bertambah kuat, kemudian melepaskan diri, seperti Daulat Aglabiyah di Tunisia dan Tahariyah di Kurasan. 2)   Ancaman dari luar Apa yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor internal. Disamping itu, ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan Khalifah Abbasiyah lebah dan akhirnya hancur.Pertama, perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. Kedua, seranagan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, bahwa orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urabanus II (1088-1099M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada diwilayah kekuasaan Islam. Namun, diantara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara salib itu.                 Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuaan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulaguku Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasiosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti-Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancurleburkan pisat-pusat Islam , ikut memperbaiki Yerussalem. B.        Sebab-sebab kehancuran Dinasti Abbasiyah 1.   Faktor Intern a)      Lemahnya semangat petriotisme Negara, menyebabkan jiwa jihad yang diajarkan Islam tidak berdaya lagi menahan segala amukan yang datang, baik dari dalam maupun dari luar. b)      Hilangnya sifat dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga kerusakan moral dan kerendahan budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung Negara selama ini. c)      Tidak percaya terhadap kekuatan sendiri. Dalam mengatasi berbagai pemberontakan, Khalifah mengundang kekuatan asing. Akibatnya, kekuatan asing tersebut memanfaatkan kelemahan Khalifah. d)     Fanatik madzhab persaingan dan perebutan yang tiada henti antara Abbasiyah dan Alawiyah menyebanbkan kekuatan umat Islam menjadi lemah, bahkan hancur berkeping-keping. Perang idelogi antara syi’ah dari Fatimiah melawan Ahlu Sunnah dari Abbasiyah , bayak menimbulkan korban. Aliran Qaramithah yang sangat ektrem dalam tindakan-tindakanya yang dapat menimbulkan bentrokan di masyarakat. Kelompok hashshashin yang dipimpin oleh Hasan bin Shabah yang berasal dari thus di Parsi merupakan aliran Islamiyah, salah satu sakte Syi’ah adalah kelompok yang sangat dikenal kekejamanya, yang sering melskukan pembunuhan terhadap penguasa Bani Abbasiyah yang beraliran Sunni.Pada saat terakhir dari hayatnya Abbasiyah, tentara Tartar yang datang dari luardibantu dari dalam dan dibukakan jalanya oleh golongan Awiliyin dipimpin oleh Alqamiy. e)      Kemerosotan ekonomi terjadi karena banyaknya aggaran yang digunakan untuk tentara, benyaknya pemberontakan dan kebiasaan penguasa utuk berfoya-foya, kehidupan para Khalifah dan keluarga serta pejabat-pejabat Negara yang hidup mewah, jenis pengeluaran yang makin beragam, serta pejabat korupsi, dan semakin sempitnya wilayah kekuasaan Khalifah karena banyak Provinsi yang telah memisahkan diri. 2.Faktor Ekstern Disentegrasi, akibat kebijakan untuk lebih mengutamakan pembinaan dan kebudayaan Islam dari pada politik, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai melepaskan [diri] dari genggaman penguasa Dinasti Abbasiyah.  Mereka bukan sekedar melepaskan diri dari kekuasaan Khalifah, tetapi memberontak dan berusaha merebut pusat kekuasaan di Baqdad. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak luar dan banyak mengorbangkan umat Sumber Daya Manusia (SDM). 
BAB III PENUTUP Demikianlah makalah ini dibuat untuk menguraikan beberapa data penting terkait Faktor Kemundurah dan Kehancuran Khalifah Bani Abbasiyah. Beberapa catatan penting yang menjadi inti dari pembahasan di atas dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu: 1.      Catatan yang mengurai secara ringkas tentang faktor penyebab kemunduran Dinasti Bani Abbas yaitu faktor internal dimana keluarga penguasa cenderung mengejar kemewahan hidup, perebutan kekuasaan antara keluarga Banis Abbasiyah serta adanya konflik keagamaan. Sedangkan faktor eksternal yaitu banyaknya pemberontakan banyaknya pemberontakan akibatnya luasnya wilayah kekuasaan yang semakin tidak terkontrol, adannya dominasi bangsa Turki. 2.      Faktor yang paling berbahaya dan menjadi ancaman terbesar bagi kekuasaan khalifah Bani Abbasiya adalah karena mereka telah melupakan salah satu pilar terpenting dari Rukun Islam, yakni Jihad. Andaikata mereka mengarahkan potensi dan energi umat untuk melawan orang-orag salib, tidak akan muncul pemberontakan-pemberontakan yang muncul didalam negeri yang ujungnya hanya mengghancurkan pemerintahan Abbasiyah. Akhirnya, Munculnya serangan orang-orang Mongolia yang mengakhiri semua perjalanan pemerintahan Bani  Abbasiyah. Demikianlah uraian singkat makalah ini, semoga memberi manfaat untuk kita semua, terutama bagi pribadi penyusun. 


 DAFTAR PUSTAKA Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (DIrasah Islamiyah II), Cet. XXIII, Penerbit Rajawali Press, Jakarta, tahun 2011. Supriyadi Dedi, Sejarah Peradaban Islam), Cet. X, Penerbit Pustaka Setia, Jakarta, tahun 2008. 

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin

No comments:

Post a Comment