Tuesday, February 17, 2015

kemajuan dan keruntuhan Dinasti Al Ayyubiyah


Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti Ayyubiyah meliputi :
  1. Kemajuan di Bidang Pendidikan
Meskipun Salahuddin Al-Ayyubi terlibat aktif dalam perang Salib, bukan berarti ia dan penerusnya mengabaikan bidang pendidikan. Mereka masih sempat dan memajukan pendidikan dinegerinya. Ia juga dikenal sebagai pelindung para ilmuwan. Melalui lembaga pendidikan Salahuddin berusaha mengganti paham Syiah dengan Paham Sunni.
Pada masa Salahuddin, Syiria menjadi kota pendidikan yang besar. Ibnu Jubair yang mengunjungi Damaskus pada Tahun 1184 M, mendapati sekitar 20 madrasah dikota ini. Salah satu akademi terkemuka pada msa itu adalah As-Shalahiyyah di Kairo. Al-Azhar yang semula mengajarkan paham Syiah kemudian dijadikan tempat pengajaran paham Sunni.
  1. Kemajuan di Bidang Kesehatan
Pada masa Salahuddin ada  2 rumah sakit yang telah dibangun dan pengobatannya bebas biaya.
  1. Kemajuan di Bidang Arsitektur
Salah satu peninggalan yang menunjukkan kemajuan pada masa Dinasti Ayyubiyah adalah Benteng Kairo yang dibangun pada tahun 1183 M oleh Salahuddin Al-Ayyubi. Bahan bangunan yang digunakan adalah serupa  dengan batu balok yang dipakai bangunan Piramida.
  1. Kemajuan di Bidang Pertanian dan Perdagangan
Kemajuan di Bidang ini dapat kita lihat pada masa Al-Kamil, ia membangun sarana irigasi. Disamping itu juga sudah ada penandatanganan perjanjian dagang dengan Negara-negara Eropa.
5.      Al-Azhar Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan ilmu-ilmu Keislaman
Al-Azhar adalah nama sebuah lembaga pendidikan dan keagamaan di Kairo, Mesir yang sangat masyhur di dunia Islam. Al-Azhar mencakup sebuah masjid sebagai pusat kegiatan Islam dan sebuah lembaga Pendidikan pengemban misi dakwah. Mahasiswa yang studi di Al-Azhar tidak hanya dari Mesir saja, tetapi juga mahasiswa asing yang berasal dari PakistanSudanIndonesia, dan Negara lainnya. Saat ini diperkirakan jumlah mahasiswanya mencapai 50.000 orang.
Pada mulanya Al-Azhar adalah sebuah masjid dikota Kairo, yang dibangun oleh Jaubar al Khatib as Shiddiq (Panglima Perang Islam Dinasti Fatimiyah) pada tahun 972 M. Jauhar yang menaklukkan Mesir pada tahun 971 M, itu diperintah membangun Masjid oleh Khalifah Al-Mu’iz li dinillah dari Dinasti Fatimiyah. Semula Masjid itu dinamakan Masjid Jami’ Al-Qahira sesuai nama kota Masjid ini dibangun, Al-Qahira atau Kairo. Kemudian masjid ini dinamai Al-Azhar karena dikaitkan dengan Az-Zahra yang bersal dari nama/Julukan Fatimah Binti Muhammad Saw.
Selain sebagai pusat dakwah ajaran Syiah, di Al-Azhar juga diajarkan berbagai macam ilmu, seperti yang terkait dengan bahasa yaitu Nahwu/Tata bahasa Arab, Balghah, mantic/Logika, dan sastra. Selain itu juga diajarkan ilmu-ilmu agama, ilmu tauhid, fikih, hadits, tasawuf.
Akan tetapi pada tahun 378 H/988 M ketika Khalifah Al-Aziz berkuasa, masjid Al-Azhar dikembangkan fungsinya menjadi Universitas. Dengan perkembangan tersebut maka ilmu-ilmu yang dikembangkan didalamnya semakin banyak. Ilmu – ilmu itu sebagian menjadi nama fakultas seperti ; Syari’ah ushuluddin, bahasa, kedokteran, dan juga ilmu lain seperti matematika, filsafat, sejarah, dan pertanian.
Pada masa Dinasti Ayyubiyah Al-Azhar tidak banyak berperan, alasanya karena Dinasti Fatimiyah mempropagandakan madzhab syiah dan Al-Azhar sebagai media utama dakwahnya. Sedangkan Seluruh penguasa Dinasti Ayyubiyah bermadazhab Sunni.
Pada saat dinasti Ayyubiyah berkuasa atas Mesir, Masjid Al-Azhar sempat tidak dipakai untuk Shalat Jum’at hamper sati abad lamanya (1171 – 1267). Alasannya adalah tidak diperkenankanya dua shalat Jum’at di satu kota selagi masjid yang satu belum penuh jama’ahnya menurut madzhab syafi’iyyah. Selama kurun waktu tersebut shalat Jum’at dilaksanakan dimasjid Al-Hakim. Dakwah ajaran syiah dilarang dilakukan dimasjid Al-Azhar, sebaliknya yang diperbolehkan adalah dakwah ajaran Sunni. Masjid Al-Azhar dipakai kembali untuk shalat Jum’at pada masa pemerintahan Sultan Baybar dari Dinasti Mamluk.
Sebagai lembaga keagamaan Al-Azhar memiliki fungsi dan peran sebagai berikut :
a.             Pusat kegiatan Al-Muhtasib, jabatan agama yang penting pada masa Dinasti Fatimiyah  
b.            Tempat Penyelenggaraan Maulid Nabi  Muhammad Saw. Tiap tanggal 12 Robiul Awal dan peringatan hari ‘Asyura tiap tanggal 10 Muharram.
c.             Tempat sidang Khalifah dan qadhi/mentrinya untuk membahas suatu masalah.
d.            Tempat mencetak ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu.
e.             Tempat mencetak ulama’ yang beriman dan mempunyai keteguan mental serta mempunyai ilmu yang mendalam tentang akidah, syari’at, dan bahasa Al-Qur’an untuk disuplai keseluruh dunia.
RUNTUHNYA DINASTI AYYUBIYAH
Sebelum wafat Salahuddin Al-Ayyubi membagi kekuasaanya kepada pewarisnya, yaitu anak-anak dan saudaranya. Namun perselisihan dan pertikaian tak bisa dihindari diantara para pewarisnya.
Perselisihan terus terjadi, Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan Damaskus selalu bersaing untuk memperebutkan wilayah Syiria. Akibat perselisihan ini, beberapa kota yang dulu dikuasai Salahuddin lepas ketangan pasukan salib. Dan yang kemudian berhasil mengembalikan Yerussalem ketangan umat Islam adalah Khawariz.
Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa Sultan as Salih. Pada waktu itu tentara dari kaum budak di Mesir/kaum Mamluk memegang kendali pemerintah, setelah as Salih wafat pada tahun 1249 M. kaum Mamluk mengangkat isteri As-Salih yaitu Syajarat ad Dur menjadi Sulthanah/Ratu. Ia adalah penguasa muslim perempuan yang memerintah selama 80 hari. Dialah peletak dasar Dinasti Mamluk di Mesir. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan dinasti Ayyubiyah masih berkuasa di Suria.
Pada tahun 1260 M tentara Mongol hendak menyerbu Mesir, komando tentara Islam dipegang oleh Qutuz (panglima perang Mamluk). Dalam paertempuran Qutuz menang dengan gemilang. Selanjutnya, Qutuz mengambil alih kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Sejak itu berakhirlah riwayat dinasti Ayyubiyah.

No comments:

Post a Comment